Bagi pencatur kelas atas, langkah bidak diawal permainan
mencerminkan keseluruhan strategi dari bangunan penyerangan atau pertahanan dalam
memenangkan permainan.
Megawati tentunya telah memilih Ahok dan Jarot sejak awal, tetapi sengaja tidak mengumumkannya sampai detik-detik terahir pendaftaran. Dia memainkan psychology war untuk mendapatkan gambaran yang lengkap tentang pendukungnya atau lawan politiknya di PILKADA. Dia merupakan “pencatur konservatif” dengan langkah menyulitkan untuk dipredikisi lawan. Langkah itu juga pernah dilakukannya ketika memilih Jokowi menjadi Capres.
SBY bukan ”pemain catur” kelas kampung. Dia mempunyai kelas dan
pengalaman dalam “permainan” ini. Agus keluar dari TNI bukan mengororbankan
diri atau dikorbankan tetapi untuk memenangkan menjadi Gubenur di DIKI, atau
setidaknya sebagai manufer awalnya untuk partai Demokrat ke depan. Setidaknya Agus
memiliki pendukung meskipun belum teroganisir dengan bagus. Pepatahnya begini,
anak kolong tetap anak kolong, mereka tetap akan memilih anak kolong. Sementara
itu, Silvy ibarat kuda yang dapat bermanufer ke segala sudut, karena
pengalamannya segudang di birokrasi dan organisasi yang pasti mampu memutus “rantai
komando” Ahok sebagai mantan atasannya.
Prabowo bukan “pemain catur” tanpa perhitungan. Dia ahli strategi
dan berjiwa besar demi memenangkan “permainan” ini. Memilih Anies yang pernah
berseberangan dengannya bukanlah langkah blunder. Pilihan itu merupakan pilihan strategis. Anies
identik dengan “insider trading” dalam dunia saham. Dia pernah sebagai mentri
dan memiliki banyak komunitas. Hal lain adalah sejarah panjang keturunan Arab di
Indonesia dan peranannya di dalam atau di luar perpolitikan Indonesia. Sementara
itu, Sandiaga mewakili cermin keberhasilan pemuda di dunia usaha yang memilliki
visi membangun Jakarta dengan lebih manusiawi dan santun.
PILKADA sekarang ini sangat sengit. Megawati turun, SBY
turun, Prabowo juga turun. Ini percaturan politik yang harus disimak,
dipelajari dengan seksama. Hasilnya akan menjadi barometer Jakarta, bahkan
Indonesia ke depan.
Tangerang, 26 September 2016, AT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Your comment