Mega Prabowo menjanjikan pemerintahan yang melaksanakan ekonomi kerakyatan, JK Wiranto menjanjikan pemerintahan mandiri dengan slogan, Lebih Cepat Lebih Baik. Sementaraitu SBY Budiono menjanjikan pemerintahan bersih dengan slogan, Lanjutkan! Disaat mereka berkampanye, pilihan masyarakat terbentuk. Ada yang pro kepada salah satu calon dan ada yang kontra, tapi ada juga yang tidak pro dan tidak kontra yang disebut sebagai masa mengambang. Selain itu ada juga sekelompok orang apatis sehingga memilih menjadi golput.
Menentukan pilihan dari calon-calon pemimpin bangsa yang ada sekarang ini memang tidak mudah. Dari berbagai sumber informasi yang telah dikemukakan lewat media cetak dan televise diketahui ada kekurangan pada sosok mereka masing-masing. SBY yang sistimator dikesankan sebagai peragu. JK yang eksekutor dibilang suka melakukan potong kompas. Mega yang pro rakyat dianggap berkhianat terhadap rakyat sebab banyak asset negara dijual kepada pihak asing ketika beliau sebagai presiden. Bagaimana dengan ketiga calon wakil presiden?Masyarakat yang pro Hak Asasi Manusia memandang Wiranto dan Prabowo masih memiliki cacat hokum sehubungan Wiranto dengan masalah Timor-Timur dan Prabowo dengan peristiwa penculikan aktifis mahasiswa beberapa tahun lalu. Dan Budiono yang telah malang melintangselama kurang lebih tiga puluh tahun dipemerintahan dengan presiden yang berbeda-bedasampai sekarang masih dianggap sebagai orangnya IMF. Setelah liberalism mati, dia disebut seorang neolib.
Dalam memilih sesuatu, apalagi memilih pemimpin bangsa yang seharusnya membawa perubahan dalam segala aspek kehidupan bangsa kearah lebih baik, masyarakat pemilih seharusnya juga disadarkan bahwa sebaiknya mereka tidak hanya melihat calon pemimpin dari satu sisi apalagi fanatisme buta. Figur pemimpin sangatlah penting, tetapi yang lebih penting lagiadalah bagaimana sistim dan program yang akan dilaksanakan mereka, track record mereka, bagaimana komitment mereka terhadap kedaulatan bangsa dan negara, siapa orang-orang yang akan dipilih di kabinet mereka dan lain sebagainya. Masyarakat seharusnya diberikan informasiseluas-luasnya tentang pemimpinnya dengan menggunakan metode SWOT – Strength, Weak, Opportunity, Thread – apakah kekuatan dan kelamahan mereka, kesempatan atau peluangakan mereka ciptakan untuk mewujudkan Indonesia lebih bermartabat. Juga apa sajaancaman buat bangsa dan negara ini jika salah satu dari mereka terpilih untuk memimpinnegara. yang
Debat politik para kandidat presiden atau calon presiden atau tim sukses mereka selamaini belum menyentuh substansi permasalahan. Media perlu mempertanyakan kembali dasar pemikiran ekonomi kerakyatan Mega Prabowo, langkah-langkah kebijakannya. Apakah program ekonomi kerayaktannya identik dengan ekonomi sosialis yang mana negara sangat berperanaktif didalamnya? Dan bagaimana solusi atas benturan yang akan timbul karena program itu. Sementara itu, gagasan pemerintahan mandiri oleh JK Wiranto juga perlu dikaji ulang. Sampai sejauh manakah kemandirian itu perlu dibentuk? Setidak-tidaknya mereka menyebutkan sektorapa saja yang perlu menjadi prioritas kemandirian programmnya. Beranikah JK Wiranto melakukan perubahan seperti Jepang dengan Bushido –nya yaitu membangun bangsa beralasakan jati diri sendiri. Atau yang lebih ekstrim seperti Cina dahulu; menutup diri dari pihak luar? Bagaimana tindakan mereka jika program kemandiriannya dilabelkan sebagaitindakan proteksi oleh negara-negara lain? Anjuran menggunakan produk dalam negeri seperti batik atau sepatu bukan hal baru. Di era Suharto memimpin, anjuran itu sudah disuarakan.Media juga harus menggali sampai kedasar tentang program pemerintahan bersih oleh SBY Budiono. Sebagai patokannya adalah mengapa Megawati menyebut pemberantasan korupsi selama dibawah pemerintahan SBY JK di negeri ini tebang pilih, meskipun SBY telah tidak ikut campur atas hukuman yang dijatuhkan kepada besannya. Tanyakan kembali bagaimana sistim pemerintahan bersih oleh SBY Budiono lebih terinci. Beranikah mereka melakukan shock therapy yaitu mengurangi jumlah koruptor dengan cara mengeksekusi mati di lapanganterbuka? Cara itu –ternyata- sangat efektif dilakukan di Cina.
Bagaimanapun, masyarakat telah mendapat masukan lewat media bahwa tampaknya tema pemerintahan bersih oleh SBY Budiono lebih berat ketimbang tema-tema yang diusung oleh kedua pesaingnya. Sebab memberantas korupsi tidak akan selesai tanpa membangun moral bangsa. Membangun moral bangsa tidak akan terbentuk jika tidak ada pendidikan yang baikdimulai dari keluarga. Menyelenggarakan pendidikan yang baik tidak akan terselenggarajika ekonomi suatu negara lemah. Budiono mengatakan diperlukan tindakan yang terintegrasisatu sama lain. Sebaliknya Prabowo, yang tampaknya semakin menonjol ketimbang Mega dalamberkampanye atau menjawab pertanyaan media, selalu mengutamakan penguatan sektorekonomi sebagai sumber dari segala sumber perubahan, kemudian berlanjut kepada sektor lain sampai kepada pertahanan negara. Diantara kedua perbedaan itu ada JK Wiranto. Tidak perlu heran mengapa JK Wiranto ada diantaranya. Begitulah Golkar dari dahulu. Mengambil keuntungan dari perbedaan-perbedaan yang ada. yang
Sekali lagi, peranan media cetak dan televisi yang terikat untuk bersikap netral dalam memberikan informasi sangatlah penting dalam hal ini. Kenetralan itu seharusnya mampu menghapus kebingungan pemilih untuk memilih pemimpin berkwalitas dan memiliki komitmen kuat untuk kemajuan bangsa ini.
Jakarta, 26609
--
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Your comment