Sabtu, 07 September 2013

Catatan Kecil Seorang HRD; Monkey See Monkey Do

Oleh : Aziz Taufiq



Sebagai seorang HRD, aku harus luwes. Tidak perlu berkecil hati jika ada yang mengatakan bahwa training tidak diperlukan. Apalagi jika orang yang mengatakan itu adalah Si Bos. Diterima saja pernyataan itu, sebab memang ada istilah “monkey see monkey do” yang berarti seseorang dapat mengerjakan suatu pekerjaan hanya dengan melihat. Monyet-monyet di Sangeh Bali tidak pernah diberikan pelatihan bagaimana cara membuka minuman kaleng, mereka hanya memperhatikan para turis melakukannya lalu bisa. Installer –tentu saja bukan monyet Sangeh- boleh jadi tidak memerlukan training, sebab skill dasar yang diperlukan hanya keberanian panjat tower, pasang tower, panjat tower lagi jika ada trouble. Ajaklah mereka ke lapangan lalu minta melakukan hal yang sama persis dengan sang pemberi contoh, selesai. Mereka pasti bisa, apalagi diberikan SOP.


Boleh jadi prinsip monkey see monkey do juga dapat memunculkan beberapa leader (baca: pemimpin) kepermukaan. Hal itu berarti  terjadi  tanpa disadari oleh perusahaan dan mereka merupakan talented persons. Tetapi tanpa disadari bahwa monkey see monkey do memiliki dampak yang sama buruknya dengan prinsip seleksi alamiah. Monkey see monkey do dan prinsip seleksi alamiah bahkan tidak memperhitungkan penurunan kepercayaan karyawan terhadap keseriusaan perusahaan dalam pengembangan kamampuan karyawan. Padahal hal ini juga merupakan salah satu dari sekian banyak alasan seorang pelamar mau bekerja di perusahaan.


Training seyogianya tidak dianggap sebagai pemboroson tetapi sebagai sarana pertumbuhan dan masa depan perusahaan. Dilihat dari sisi cost,  biaya training memang cukup besar . Sementara itu, dampak positif pemberian training kepada karyawan tidak segera dirasakan oleh perusahaan dalam jangka pendek. Dari sisi growth and progress perusahaan, training sangat diperlukan sebab jika tidak tersedia leader yang cukup banyak maka hal tersebut akan menjadi ancaman perusahaan itu sendiri alias terjadinya ketidakmampuan perusahaan memenuhi kebutuhan konsumen sehingga mengarahkan kepada kemandekan pertumbuhan dan masa depan perusahaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Your comment